Tuesday, April 26, 2011

Merindukannya

Panas menyengat hari ini, membakar kulit. Melihat matahari yang begitu bersemangat, melayangkan ingatan ku pada bapak, dia pasti sedang berasyik-masyuk dengan pekerjaannya yang jauh disana. A contractor. Kulitnya hitam dan kusam, terkadang juga membawa oleh-oleh luka baretan atau tusukan karena terlalu akrab dengan matahari, debu dan peralatan kerjanya. Dari benih laki-laki yang ditanam dirahim ibuku itulah aku lahir. Demi Tuhan betapa aku bangga menjadi anaknya. Bapak adalah laki-laki luar biasa. Aku merindukan nya detik ini.
 
Dulu waktu aku masih kecil, masih kurus mungil, masih berambut ikal yang sering dipujinya sebagai anak pintar. Bermain sepuas hati disiang hari, selepas isya mengantuk dan lelap di depan TV hitam-putih yang harus dipukul bagian atasnya dulu agar gambarnya terlihat jernih. Dia gendong aku, kemudian memindahkan aku ke kasur kapuk yang lumayan empuk. Saat seperti itulah yang benar-benar kurindukan. Dimana begitu dekat dengannya secara fisik, memeluknya, merasakan tangan-tangan kasar nya menggandengku, otot-otot tubuhnya yang sangar tapi mampu membuatku merasa aman dan nyaman. Saat dimana aku kecewa padanya dan pada duniaku bisa kuungkapkan lewat tangis dihadapannya langsung. Tidak seperti sekarang. Kami terlalu mempertahankan gengsi diri untuk tidak terlihat lemah, sama-sama ingin membuktikan bahwa semuanya baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan,  kami terjebak dengan perasaan kami sendiri, hanya mampu mengungkap rasa lewat bathin. Karena kadang kata-kata tidak mampu mewakili perasaan yang terlalu dalam dan rumit.

 

No comments:

Post a Comment